TANGGAPAN TERHADAP TULISAN DI gandhim.multiplay.com
Banyak versi tentang Sumerham/Rambe tetapi seiauh banyaknya versi tidak disertai dengan bukti dan alasan yang valid. manru: mengatakan Purba Manalu Debataraja waktu bersama dengan Tuan Sumerham ada di Dolok Sanggul. Eksistensi anda dilingkungan marga Toga Simamora dan Sihombing menjadi tidak jelas. Baik Sihombing maupun Simamora berada di Tipang Bakkara. Maka kalau manru dari salah satu kedua kelompok marga tadi, apapun pendapat anda, tidak dapat dipertanggung jawabkan, karena asal dari Toga Simamora dan Toga Sihombing saja anda tidak tau.
bidicoff nainggolan, Lak Lak itu tidak di Belanda dan tidak pula terbuang sia-sia di aek Sirahar. Tiga pusakko Toga Simamora, ketiganya ada pada Rambe dan sampai sekarang masih di simpan baik. Selain Rambe, tidak ada yang memegang posakko Toaga Saimamora kecuali menenpati kampung Tipang Bakkara.
ADIWARTA: Dulu lagu Batak yang berjudul "Lottung Sisia Sada Ina" Karangan Nahum Situmorang sebagai marga Lottung diakatakan "pasia Boruna Sihombing Simamora" ternyata belakangan ini menjadi"Simamora Sihombing" Secara adat, Tidaklah begitu berani Lottung mengatakan demikian kalau istri Toga Sihombing dan Toga Simamora berbeda. Sama dengan anak dari Tuan Sumerham yang beristerikan ketiganya borunya Raja Tungtung Pardosi, lalu Pardosi mengurutkan anak dari Tuan Sumerham menurut ketertuaan borunya? Demikian pula Lottung, tidak akan berani mengatakan untuk konsumsi umum sesuai dengan ketertuaan borunya. Informasi dari berbagai orang, bahwa Siboru Anak Pandan waktu menjadi Istri Toga Sihombing, itu juga Siboru Panggabean setelah menjadi Istri Toga Simamora. untuk jelasnya kita coba mencari informasi darimanapun tentang Marga Lottung ada tujuh marga dan berapa ibotonya ke tujuh marga tersebut. Rambe tidak pernah memaksakan diri harus menjadi siabangan pada Purba Manalu dan Debataraja. Tetapi kepastian Rambe, memegang Pusakkonya Toga Simamora yaitu Lak Lak (Tombaga Holing), Tombak dan Pedang. Sejarah Toga Simamora yang ditulis Rambe, diterjemahkan dari buku Lak Lak yang pada tahun 1972, masih ada di antara orang tua yang mampu membaca tulisan Batak kuno. Maka dengan pusakko Toga Simamora yang ada pada Rambe, sebetulnya eksistensinya Rambe tidak dapat disangkal oleh siapapun. Penulis sebetulnya masih ingin menulis pernyataan-pernyataan natua-tua dari marga Siregar dan Pardosi, tetapi pepatah orang tua mengatakan, "Tokka patuduhononkon tupik tu panopa",--"Ndang sipailaon dongan di tonga ni mangajana" Nomor sundut di Rambe diambil dengan nomor satu dari Tuan Sumerham, Rambe Purba, Rambe Raja Nalu dan Rambe Anak Raja adalah sundut ke dua atau nomor dua. demikian tanggapan saya "gnr14 rambe