Kamis, 26 November 2009

TANGGAPAN TERHADAP TULISAN DI gandhim.multiplay.com

TANGGAPAN TERHADAP TULISAN DI gandhim.multiplay.com
Banyak versi tentang Sumerham/Rambe tetapi seiauh banyaknya versi tidak disertai dengan bukti dan alasan yang valid. manru: mengatakan Purba Manalu Debataraja waktu bersama dengan Tuan Sumerham ada di Dolok Sanggul. Eksistensi anda dilingkungan marga Toga Simamora dan Sihombing menjadi tidak jelas. Baik Sihombing maupun Simamora berada di Tipang Bakkara. Maka kalau manru dari salah satu kedua kelompok marga tadi, apapun pendapat anda, tidak dapat dipertanggung jawabkan, karena asal dari Toga Simamora dan Toga Sihombing saja anda tidak tau.
bidicoff nainggolan, Lak Lak itu tidak di Belanda dan tidak pula terbuang sia-sia di aek Sirahar. Tiga pusakko Toga Simamora, ketiganya ada pada Rambe dan sampai sekarang masih di simpan baik. Selain Rambe, tidak ada yang memegang posakko Toaga Saimamora kecuali menenpati kampung Tipang Bakkara.
ADIWARTA: Dulu lagu Batak yang berjudul "Lottung Sisia Sada Ina" Karangan Nahum Situmorang sebagai marga Lottung diakatakan "pasia Boruna Sihombing Simamora" ternyata belakangan ini menjadi"Simamora Sihombing" Secara adat, Tidaklah begitu berani Lottung mengatakan demikian kalau istri Toga Sihombing dan Toga Simamora berbeda. Sama dengan anak dari Tuan Sumerham yang beristerikan ketiganya borunya Raja Tungtung Pardosi, lalu Pardosi mengurutkan anak dari Tuan Sumerham menurut ketertuaan borunya? Demikian pula Lottung, tidak akan berani mengatakan untuk konsumsi umum sesuai dengan ketertuaan borunya. Informasi dari berbagai orang, bahwa Siboru Anak Pandan waktu menjadi Istri Toga Sihombing, itu juga Siboru Panggabean setelah menjadi Istri Toga Simamora. untuk jelasnya kita coba mencari informasi darimanapun tentang Marga Lottung ada tujuh marga dan berapa ibotonya ke tujuh marga tersebut. Rambe tidak pernah memaksakan diri harus menjadi siabangan pada Purba Manalu dan Debataraja. Tetapi kepastian Rambe, memegang Pusakkonya Toga Simamora yaitu Lak Lak (Tombaga Holing), Tombak dan Pedang. Sejarah Toga Simamora yang ditulis Rambe, diterjemahkan dari buku Lak Lak yang pada tahun 1972, masih ada di antara orang tua yang mampu membaca tulisan Batak kuno. Maka dengan pusakko Toga Simamora yang ada pada Rambe, sebetulnya eksistensinya Rambe tidak dapat disangkal oleh siapapun. Penulis sebetulnya masih ingin menulis pernyataan-pernyataan natua-tua dari marga Siregar dan Pardosi, tetapi pepatah orang tua mengatakan, "Tokka patuduhononkon tupik tu panopa",--"Ndang sipailaon dongan di tonga ni mangajana" Nomor sundut di Rambe diambil dengan nomor satu dari Tuan Sumerham, Rambe Purba, Rambe Raja Nalu dan Rambe Anak Raja adalah sundut ke dua atau nomor dua. demikian tanggapan saya "gnr14 rambe

Selasa, 24 November 2009

ULAON MAMASUKI BAGAS

ADAT MAMASUKI BAGAS
Oleh St. Drs. Beresman. Rambe
(Op. ni si Jonathan So Tarjua Ro Berkat)

Rumah bagi orang Batak, merupakan suatu cita-cita yang paling di prioritaskan dalam hidupnya. Rumah merupakan sesuatu yang sangat didambakan, agar menjadi tempat bernaung, dikala hujan tidak kehujanan, dikala panas terik tidak kepanasan, dikala malam tidak kedinginan. Menjadi tempat memulai segala aktivitas dan keberangkatan untuk menuju tempat kerja. Baik kerja di kantor, pabrik, toko, dan lain-lain, juga untuk memulai kerja di sawah dan lading. Rumah juga menjadi tempat mengumpulkan segala rejeki yang didapatkan dari pekerjaannya, untuk dinikmati (dihalashon) oleh seluruh anggota keluarga. Rumah merupakan tempat yang selalu dirindukan oleh seluruh anggota keluarga yang ingin segera kembali dari tempat kerja maupun dari perjalanan. Rumah sangat penting arti filosofinya bagi orang Batak. Filosofi makan, filosofi berpakaian, filosofi karakter, filosofi-filosofilain di dalam aspek kehidupan seseorang.
Bagi orang Batak, apabila sudah bisa membangun sebuah rumah untuk tempat keluarga bernaung sangat bersenang hati. Tradisi mendirikan rumah bagi orang Batak, hendaknya diberitahukan kepada tulangnya si Bapak untuk memohon doa restu. Biasanya kalau ada seorang bere yang memberitahukan rencana pembangunan rumah kepada tulang, maka tulang tersebut (saudara laki laki-laki dari ibunya si bapak) akan membantu dalam hal pengadaan kuda-kuda dan atap. Kalau keadaan tulangnya kurang, minimal satu lembar atap harus diberikan. Maka tradisi untuk menaikkan kuda-kuda, Tulang harus berada disana untuk memberikan/membacakan doa. Tidak melihat rumahnya yang bagaimana. Gubuk, darurat, semi permanen, permanen, dan gedung. Maka untuk memulai tinggal di dalam rumah tersebut selalu diadakan acara memasuki.
Acara memasuki rumah bagi orang Batak mempunyai tingkatan sesuai situasi dan kondisi rumah yang akan di tempati.
“Manuruk bagas”. Kondisi rumah manuruk adalah rumah yang harus ditempati walau keadaan darurat artinya, rumah tersebut gubuk atau permanen belum sempurna sebagai rumah yang sudah selesai. Acara “manuruk” sangat sederhana dan dihadiri oleh kakak adek. Biasanya rumah darurat, tidak diberitahukan kepada tulang, agar sekali memberitahukan apabila keluarga tersebut sudah punya dana untuk meningkatkan kondisi bangunan.
“Mangapi-api I” Kondisi rumah belum 100% selesai. Menunggu selesai, mungkin kondisi belun selesai tersebut, hingga rusak tidak selesai juga. Maka menempati rumah adalah untuk merawat kondisi yang belum selesai tersebut. Biasanya rumah yang tidak ditempati, akan lebih mudah rusak dari pada yang ditempati. Untuk acara dalam mangapi-api I, yang di undang adalah sanak keluarga saja ditambah tukang (pande), dan utusan dari tetua setempat.
“Memasuki Jabu” Kondisi rumah 100% selesai dan kondisi bangunan permanen, yang pada saat memulai membangun, dihadiri oleh tulang dari bapak dan berdoa untuk keselamatan pande, dalam mengerjakan pembangunan rumah tersebut hingga selesai. Acara mamasuki, dipanggil Hula-hula, Tulang, memungkinkan juga Tulang rorobot (Tulangni inanta). Tudu-tudu ni sipanganon di padoppak ma tu tulang, rapma dohot hula-hula. Boasa tu tulang?
1. Karena kita menganut sistim patrilinil, dianggap bahwa keadaan kekayaan keluarga. Adalah berkat doa tulang, dan dalam sejarahnya, tulanglah yang menumpangkan tangan ke kepala berenya waktu mendoakannya pada saat memberikan paroppanya. Tidak Jarang terjadi, bahwa silaki ketemu jodoh seorang istri yang berpenghasilan bagus atau mertua yang kaya raya, sehingga banyak dana yang dikeluarkan mertua demi keberhasilan anak mantunya termasuk dalam membangun rumah. Bagi orang Batak, mempunyai keyakinan secara adat bahwa itu juga berkat doa tulang sehingga berenya dapat jodoh yang demikian. Segala bantuan yang diterimakan anak mantu sesungguh adalah Kasih terhadap anak (holong marnianakkon) Diperantauan ini menjadi alas an untuk menhadapkan tudu-tudu ni sipanganon kepada hula-hula sepertinya tidak ada lagi peran tulang dalam hal acara yang demikian.
2. Sian sejarahna, Tulang yang memberikan bahkan merancang bentuk kuda-kuda dan atap rumah yang akan dibangun oleh berenya, dengan keyakinan, adalah doa tulang kepada penghuni rumah tersebut yaitu berenya dan keluarga. Dalam memasuki rumah yang demikian, walaupung pihak tulang memberikan ulos, penghuni rumah tidak diharuskan untuk memberikan situak na tonggi kepada pihak hula-hula atau tulang. Bagi orang Batak Pantang untuk mengeluarkan apapun dari dalam rumah kalau acara, “manuruk, Mangapi-api I, memasuki bagas”
“Mangoppoi Bagas” Mangoppoi bagas, adalah sifat pesta memasuki rumah baru, harus mangaliddakkon na gok. Sifat pestanya adalah horja. Proses mulai membangun sama seperti mamasuki bagas. Semua hula-hula memberikan ulos dan harus dib alas dengan situak na tonggi. Daging tidak boleh namarmiak-miak harus sigagat duhut. Rumah yang dioppoi tidak boleh dijual, dan menjadi pusakko bagi keturunannya.
Catatan: Rumah yang dibeli jadi, tanpa merobah\renovasi sebagian dari rumah, tidak ada acara mamasuki, hanya sebagai pemberitahuan kepada sesama family agar mereka tau alamat kita kemudian.
Dengan mengatahui rumah yang dioppoi, maka kita tidak perlu mangoppoi rumah di perantauan/Jakarta, karena adanya perobahan peruntukan lahan atau ada kemungkinan perobahan tata ruang perkotaan sehingga tergusur.(br)

LABIRIN

L A B I R I N

“The General in His Labyrinth” adalah judul sebuah novel, yang dikarang oleh Gabriel Jose Garcia Marquez. Novel ini terinspirasi dari mitos Yunani “labyrinth atau labyrinthos”.yang meceriterakan tentang pembebasan Kolombia oleh Simon Bolivar. Sang jenderal ini, terjebak sendiri oleh kebijakannya sendiri dengan maksud untuk menciptakan strategi kekuatan kuasanya.
Labyrinth atau labirin adalah suatu struktur desain bangunan yang diciptakan oleh Daedalus. Maksud Daedalus, untuk menahan serangan Minotaur seekor makhluk yang kuat dan ditakuti oleh manusia pada saat itu. Minotaur tersebut berbentuk setengah manusia, setengah kerbau.
Minotaur sendiri mati dibunuh oleh seorang pahlawan Athena bernama Theseus. Labyrinth (labirin) yang dibangun oleh Daedalus, telah membuat dirinya terjebak dalam bangunan yang dia bangun sendiri, dan hampir tidak bisa keluar. Daedalus sendiri kemudian bisa dikeluarkan oleh Theseus dengan bantuan mengulurkan benang.
Labirin kemudian dipahami sebagai taman yang dirancang dengan percabangan yang begitu banyak dan rumit. Penuh teka-teki, mempunyai banyak jalur pilihan, dan arah yang penuh jebakan.
Bagi orang-orang politisi, labrin dikaitkan dengan rancangan kebijakan membangunan strategi seorang pemimpin untuk memperkuat kekuasaannya.
Pada masa pemerintahan sekarang ini, sepertinya SBY telah membangun labirin ke dua setelah labirin pertama SBY-Kalla yang tercipta secara tidak sengaja. Labirin kedua ini menurut para pengamat, tampaknya terbentuk dengan sengaja dengan alasan kurangnya SBY memanfaatkan kapasitasnya untuk membentuk Kabinet Indonesia Bersatu II. KIB II didominasi oleh kalangan politisi dari partai pendukung, dan mengesampingkan kalangan “teknokrat” dan kaum “professional” Pada hal, dilihat dari jamannya, dan persoalan yang akan dihadapi kedepan, menuntut tangan-tangan para ahli dan professional. KIB II sebagai hasil power sharing menjadi labirin yang sengaja dibangun SBY. Dengan maksud untuk memperkuat beliau di masa pemerintahannya. KIB II harus mampu mengulur benang yang sedang kusut agar dapat diulur untuk mengeluarkan pembangunnya dari labirinnya sendiri. Mengulur benang kusut memerlukan tangan-tangan terampil dan professional serta cekatan untuk mengulurnya. Kalau kita lihat Presiden terdahulu, masing-masing mempunyai labirin yang menjebaknya sendiri. Pembentukan Badan KPK, kemudian mengobok-oboknya dengan memakai tangan kepolisian dan kejaksaan serta tidak tegasnya Presiden dalam menyikapi hasil investigasi tim 8 yang beliau bentuk sebagai tim independen, melalui tim terungkap pula adanya makelar kasus hukum (markus) di dunia peradilan, semakin sulit pula beliau menguasai kamar-kamar penjebak didalam labirin yang beliau bentuk. Kegamangan terhadap kamar-kamar jebakan semakin rumit dan bertumpuk menghadang perjalanan pemerintahan beliau. Herannya, sudah beberapa orang pemimpin negara ini selalu terjebak dengan kebijakannya sendiri yang menjatuhkan pamornya sendiri. Berbagai labirin yang dibangun oleh presiden Indonesia, masing-masing adalah: Presiden Soekarno, terjebak dengan kbijakan NASAKOM nya, Presiden Soeharto dengan Dana IMF, Presiden Habibie dengan Timor Leste, Presiden Gusdur dengan MAKLUMAT, Presiden Megawati dengan pemilihan langsung presiden, Semuanya merupakan kebijakan yang dirancang dengan tujuan memperkuat pemerintahannya masing-masing, yang akhirnya menjebak diri sendiri. Akankah terjadi labirin reshuffle cabinet pada pemerintahan SBY II? Atau kah campur tangan dalam penegakan hukum terhadap kedua mantan pejabat KPK? Masih banyak lagi labirin-labirin yang siap menjebak kekuasaan SBY. Sedangkan periode yang pertama telah terjadi labirin antara Saudagar dengan negarawan yang polos?...........(disadur oleh br. dari Koran Tempo edisi tanggal 28.10.2009

Pengikut